Rabu, 12 Januari 2011

PASTA GIGI BURUK BAGI GIGI DAN GUSI

Kita dapat menghindari rutinitas pemeriksaan ke dokter gigi, namun tetap memiliki gigi dan gusi yang sempurna, klaim Gerald F. Judd, Ph.D., dalam bukunya Good Teeth From Birth to Death.
Mari kita mengeksplorasi alasan Dr. Judd mengapa berani membuat pernyataan tersebut.
Judd, seorang pensiunan ahli kimia, profesor, dan penulis yang telah melakukan penelitian laboratorium tentang fluoride. (Lihat Gerald F. Judd, Ph.D. daring.)
Salah satu penyerang terbesar gigi kita adalah asam, yang melarutkan enamel. Soda, minuman buah, beberapa buah-buahan (terutama jeruk), tomat, cuka, sari buah apel, dan vitamin C hisap adalah penyebab utamanya.
Sedangkan gula merupakan penyerang ringan, karena gula mengandung asam laktat, yang membutuhkan waktu lebih lama untuk bertindak. Dengan minum seteguk air saat mengonsumsi asam dan gula merupakan jalan keluar terbaik.
Bakteri menyerang kantung gusi, karena enamel yang terbuat dari kalsium fosfat, tidak menyediakan makanan bagi bakteri. Pada hewan liar, kita dapat melihat enamel gigi mereka utuh dan tidak dimakan bakteri.
Membersihkan dengan instrumen yang tajam untuk menghilangkan plak akan menciptakan atau memperbesar kantong gusi dan merusak enamel.
Lantas apakah pasta gigi dapat melindungi gigi kita, tergantung dari apa yang terkandung di dalamnya. Jika mengandung fluoride, pasta tersebut akan benar-benar dapat menyebabkan terbentuknya kantong gusi.
Sodium fluoride adalah salah satu substansi paling beracun. Jika seorang anak secara tidak sengaja menelan lebih banyak pasta gigi melebihi takaran untuk menyikat gigi, maka dia harus dibawa ke petugas kesehatan. Satu tabung penuh pasta gigi mengandung cukup banyak fluoride yang dapat membunuh anak.
Fluoride juga dapat menghancurkan enzim, diantaranya, difosfat adenosin, yang memberikan fosfat dan kalsium pada permukaan gigi.
Tidak ada bukti bahwa fluoride dapat mencegah gigi berlubang. Asam dapat melarutkan gigi hiu, yang penuh dengan fluoride.
Gliserin, substansi berminyak dalam pasta gigi, sering kali dibuat dari sumber alami seperti minyak kelapa, tetapi saat menempel pada gigi akan membutuhkan waktu 20 bilasan atau lebih untuk menghilangkannya. Mereka yang tidak menginginkan adanya noda anggur pada gigi, akan melapisi giginya dengan gliserin karena sifatnya tersebut. Tapi melapisi gliserin dapat menghambat perbaikan enamel yang terjadi secara alami.
Sodium laurel sulfate (SLS) dan sodium laureth sulfate (SLES), merupakan bahan berbusa pada pasta gigi, yang dapat mengubah struktur selaput lendir. Mereka mengganggu protein dalam sel, menyebabkan membran menyerap racun lainnya. Selain itu, SLS dalam air limbah manusia yang meresap ke dalam tanah, dapat meracuni ikan dan organisme lainnya. (Livestrong.com/article/210934-what-are-the-dangers-of-sodium-lauryl-sulfate-in-toothpaste/)
Berdasarkan rekomendasi Judd, banyak orang yang menggunakan sabun gigi komersial daripada menggunakan pasta gigi. Kedua sabun tersebut mampu membunuh bakteri dan menghapus minyak seperti gliserin, yang mencegah formasi enamel baru.
Gosok sikat gigi basah beberapa kali pada sabun batangan untuk melapisi bulu sikatnya. Sabun gigi komersial berasa lebih baik dan dapat digunakan dalam bentuk cair.
Judd merekomendasikan agar menekan gusi dengan lembut ke gigi untuk menjaga kantong gusi. Dia juga menyarankan untuk mengonsumsi suplemen, seperti vitamin C yang memperkuat jaringan ikat, vitamin D, dan kalsium. Mereka yang mencoba saran-saran di atas diketahui gigi dan gusinya membaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar