Selasa, 11 Januari 2011

Implementasi Pembelajaran Kooperatif

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Saat ini banyak sekali model pembelajaran ataupun metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran maupun metode pembelajaran yang digunakan guru sangat menentukan hasil belajar siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa.
Dalam proses pembelajaran, sebisa mungkin guru harus memilih model pembelajaran ataupun metode pembelajaran yang dapat mencakup tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Karena pada dasarnya ketiga aspek tersebut sama – sama dibutuhkan oleh siswa, sedangkan selama ini kebanyakan guru hanya memperhitungkan atau menilai aspek kognitif saja dan mengabaikan kedua aspek lainnya.
Hal tersebut tentu saja berpengaruh pada kepribadian, tingkah laku, serta keterampilan yang dimiliki siswa karena aspek afektif dan psikomotor kurang tersentuh dalam proses pembelajaran. Siswa cenderung bersifat individual, egois, kurang peduli terhadap sesama, serta kurang bisa berinteraksi dengan baik terhadap lingkungan di sekitarnya.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengembangkan aspek afektif dan psikomotorik adalah melalui pembelajaran kooperatif. Dimana model pembelajaran ini menuntut siswa belajar dalam kelompok sehingga siswa dapat bekerja sama dalam kelompoknya. Dengan demikian siswa mampu mengadakan interaksi sosial.
Model pembelajaran kooperatif penting bagi guru dan siswa. Bagi guru dapat digunakan sebagai acuan untuk mengadakan penilaian pada aspek afektif dan psikomotor dengan melihat kinerja siswa dalam kelompoknya. Bagi siswa, secara tidak langsung dapat meningkatkan ketrampilan sosial dalam kelompok kecil bersama teman-temannya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa hakikat belajar dan pembelajaran ?
2.      Apa yang dimaksud Pembelajaran Kooperatif ?
3.      Bagaimana konsep dasar dalam Pembelajaran Kooperatif ?
4.      Apa perbedaan belajar kelompok dengan pembelajaran kooperatif ?
5.      Apa tujuan , manfaat, serta keterbatasan dari pembelajaran kooperatif ?
6.      Bagaimana hubungan pembelajaran kooperatif dengan keterampilan sosial siswa?
7.      Bagaimana implementasi dari pembelajaran kooperatif ?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui hakikat belajar dan pembelajaran
2.      Mengetahui hakikat serta tinjauan umum mengenai Pembelajaran Kooperatif
3.      Untuk mengetahui konsep dasar dalam Pembelajaran Kooperatif
4.      Mengetahui perbedaan belajar kelompok dengan pembelajaran kooperatif.
5.      Mengetahui tujuan, manfaat serta keterbatasan dari pembelajaran kooperatif
6.      Mengetahui hubungan pembelajaran kooperatif dengan keterampilan sosial siswa
7.      Mengetahui implementasi pembelajaran kooperatif











BAB II
PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

A.  Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah perubahan perilaku yang permanen berdasarkan pengalaman yang diperoleh dan diinternalisasikan oleh peserta didik ( Tim FKIP Universitas terbuka; 2008 : 1.10 ). Seseorang dikatakan telah belajar apabila dalam dirinya terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak peduli mejadi peduli. Perubahan itu timbul karena terjadinya pengembangan pengetahuan ( kognitif ) dan keterampilan baru ( psikomotor ), serta perubahan sikap ( afektif ).
Sementara itu, pembelajaran adalah segenap upaya yang dilakukan unyuk menciptakan situasi agar peserta didik belajar ( Tim FKIP Universitas terbuka; 2008: 1.10 ).Disebut demikian karena belajar tidak selalu dapat terjadi dengan sendirinya. Meskipun kunci terjadinya belajar terletak pada kemauan siswa, tapi kemauan itu tidak selalu muncul dengan sedirinya. Untuk itulah diperlukan guru, tutor, atau pembimbing yang dengan berbagai cara berusaha untuk menciptakan situasi yang dapat mendorong siswa untuk belajar.
Dalam belajar, ranah kognitif, afektif, psikomotor muncul secara bersamaan dengan kadar yang bervariasi. Dan masing – masing ranah memiliki tingkat/ jenjang kesulitan yang berbeda – beda.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi belajar, untuk lebih mudah dalam mempelajarinya maka diklasifikasikan sebagai berikut ( Sumadi Suryabrata; 1998 : 233-236 ) :
1.      Faktor yang berasal dari luar diri siswa.
a.       Faktor – faktor non sosial
Misalnya keadaan udara, cuaca, waktu, alat yang dipakai,dll


b.      Faktor – faktor sosial
Maksud faktor sosial disini adalah manusia, baik manusia itu ada (hadir) maupun tidak langsung hadir.
2.      Faktor yang berasal dari dalam diri siswa
a.       Faktor Fisiologis
Menyangkut keadaan jasmani siswa, dan keadaan fungsi – fungsi fisiologis tertentu
b.      Faktor Psikologi
Menyangkut semua hal yang berkaitan dengan psikologi siswa seperti perasaan, minat, dll.

Dalam menciptakan proses pembelajaran, seorang guru perlu memperhatikan kriteria keberhasilan pembelajaran agar selalu berusaha mencapai criteria tersebut.Kriteria keberhasilan pembelajaran ditinjau dari 2 hal, yaitu sudut proses dan hasil belajar yang dicapainya. Dari segi proses, pembelajaran haruslah merupakan interaksi dinamis sehingga siswa mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri dan melalui tujuan yang telah ditetapkan. Sementara itu, dari segi hasil atau produk, keberhasilan pembelajaran dilihat dari tingkat penguasaan tujuan oleh siswa baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas ( Tim FKIP UT ; 2008 :1.11 )
.
B.     Hakikat dan Tinjauan Umum Tentang Pembelajaran Kooperatif
Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Jadi belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerjasama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut ( Etin Solihatin, Raharjo ; 2007 : 4).
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.
Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.
Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena dalam model pembelajaran kooperatif harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan – hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara anggota kelompok ( Etin Solihatin, Raharjo ; 2007 : 4 ). Disamping itu, pola hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang  dapat mereka lakukan untuk berhasil berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih dari anggota lainnya selama mereka belajar secdara bersama – sama dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai bagian suatu system kerjasama dalam mencapai ssuatu hasil yang optimal dalam belajar. Model belajar ini berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat yaitu, “ getting better together ”, atau “raihlah yang lebih baik secara bersama – sama ” ( Etin Solihatin, Raharjo ; 2007 : 4 ).
Model belajar kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama – sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar.
Secara umum belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain. Idenya sangat sederhana, anggota kelas diorganisasikan ke dalam kelompok – kelompok kecil setelah menerima pembelajaran dari guru. Kemudian, para siswa itu mengerjakan tugas sampai semua anggota kelompok berhasil memahaminya. (Sri Anitah ;2007 :3.7 )

C.  Konsep Dasar  ( Prinsip – Prinsip ) Pembelajaran Kooperatif
Secara garis besar, prinsip utama belajar kooperatif adalah ( Sri Anitah ;2007: 3.8 ) :
1.    Kesamaan Tujuan
      Tujuan yang sama pada anak – anak dalam kelompok membuat kegiatan belajar lebih kooperatif. Pada suatu saat anak – anak mungkin tampak bekerja kooperatif apabila bertanya tentang ejaan suatu kata atau berbagi pensil saat menggambar.
      Jika suatu kelas bekerja sama dalam suatu permainan, tujuan kelompok adalah menghasilkan suatu permainan yang menyebabkan anak – anak lain senang atau mengapresiasi kelompok itu. Namun tujuan tiap anak mungkin tidak sama. Seorang anak mungkin ingin menyenangkan gurunya, yang lain ingin menarik perhatian kelas lain, yang lain betul – betul menganggap sebagai suatu kesempatan untuk mengerjakan tugas sebaik – baiknya. Namun, semakin sama tujuan maka akan semakin kooperatif.

2.      Ketergantungan Positif
          Beberapa orang direkrut sebagai anggota kelompok karena kegiatan hanya dapat berhasil jika anggota dapat bekerja sama. Ketergantungan antara individu – individu dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :
·         Memberi anggota kelompok peranan khusus untuk membentuk pengamat, penjelas atau perekam. Dengan cara ini , tiap individu memiliki tugas khusus dan kontribusi tiap orang diperlukan untuk melengkapi keberhasilan tugas.
·         Membagi tuga menjadi sub – sub tugas yang diperlukan untuk melengkapi keberhasilan tugas. Setiap anggota kelompok diberi sub tugas . Masukan diperlukan untuk melengkapi keberhasilan tugas.
·         Menilai kelompok sebagai satu kesatuan yang terdiri dari individu – individu.

Adapun prinsip – prinsip dasar menurut Etin Solihatin ( 2007 ) , meliputi sebagai berikut:
1.      Perumusan tujuan belajar harus jelas
             Dalam pendidikan dan pengajaran,tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari siswa / subyek belajar, setelah menyelesaikan atau ,memperoleh pengalaman belajar (Sardiman A.M ; 1992:57 ) . Dengan demikian tujuan itu sesuatu yang diharapkan/ diinginkan dari subyek belajar, sehingga memberi arah, kemana kegiatan belajar mengajar itu harus dibawa dan dilaksanakan sehingga rumusan dan deskripsinya harus jelas.
             Tujuan merupakan satu diantara hal pokok yang harus diketahui dan disadari betul – betul oleh seorang guru sebelum memulai mengajar. Guru tersebut harus dapat memberi penafsiran yang tepat mengenai jenis dan fungsi tujuan yang ingin dicapai secara konkrit (Winarno Surakhmad ;1986 : 39 ). Selain itu tujuan harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Apakah ditekankan pada pemahaman materi, sikap, dan proses dalam bekerjasama, ataukah keterampilan tertentu.

2.      Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar
    Guru hendaknya mampu mengondisikan kelas agar siswa menerima tujuan pembelajaran dari sudut kepentingan diri dan kepentingan kelas, sehingga siswa mengetahui dan menerima kenyataan bahwa setiap orang dalam kelompoknya menerima dirinya untuk bekerjasama dalam mempelajari seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang telah ditetapkan untuk dipelajari.
             Dengan demikian, yang dibutuhkan guru secara praktis ialah perperincian tujuan sampai pada taraf yang sedemikian rupa sehingga menjadi serangkaian tujuan yang dapat diukur atau dinilai (Winarno Surakhmad ;1986 : 41).

3.      Ketergantungan yang bersifat positif
             Untuk mengondisikan terjadinya kesenjangan di antara siswa dalam kelompok belajar, maka guru harus mengorganisasikan materi dan tugas – tugas pelajaran sehingga siswa memahami dan mungkin untuk melakukan hal itu dalam kelompoknya.Guru harus merancang struktur kelompok dan tugas – tugas kelompok yang memungkinkan setiap siswa untuk belajar dan mengevaluasi dirinya dan teman kelompoknya dalam penguasaan kemampuan memahami materi pelajaran. Kondisi belajar ini memungkinkan siswa untuk merasa tergantung secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas – tugas yangt diberikan.

4.      Interaksi yang bersifat terbuka
             Dalam kelompok belajar, interaksi yang terjadi bersifat langsung dan terbuka dalam mendiskusikan materi dan tugas – tugas yang diberikan. Suasana belajar yang seperti itu akan membantu menumbuhkan sikap ketergantungan yang positif dan keterbukaan di kalangan siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajarnya. Mereka akan saling memberi dan menerima masukan, ide, saran, dan kritik dari temannya secara positif dan terbuka.

5.      Tanggung jawab individu
              Salah satu dasar penggunaan model pembelajaran kooperatif adalah bahwa keberhasilan belajar akan lebih mungkin dicapai secara lebih baik apabila dilakukan bersama – sama. Oleh karena itu, keberhasilan belajar dalam model belajar ini dipengaruhi oleh kemampuan individu siswa dalam menerima dan memberi apa yang telah dipelajarinya di antara siswa lainnya. Sehingga secara individual siswa mempunyai dua tanggung jawab, yaitu mengerjakan dan memahami materi atau tugas bagi keberhasilan dirinya dan juga bagi keberhasilan anggota kelompoknya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

6.      Kelompok bersifat heterogen
             Dalam pembentukan kelompok belajar, anggota kelompok harus bersifat heterogen sehingga interaksi kerjasama yang terjadi merupakan akumulasi dari berbagai karakteristik siswa yang berbeda. Dalam suasana belajar seperti itu akan tumbuh dan berkembang nilai, sikap, moral, dan perilaku siswa. Kondisi ini merupakan media yang sangat baik bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan dan melatih keterampilan dirinya dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis.

7.      Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif
             Dalam megerjakan tugas kelompok, siswa bekerja dalam kelompok sebagai suatu kerjasama. Dalam interaksi dengan siswa lainnya, siswa tidak begitu saja bisa menerapkan dan memaksakan sikap dan pendiriannya pada anggota kelompok lainnya. Disini siswa harus belajar bagaimana meningkatkan kemampuan interaksinya dalam memimpin, berdiskusi, bernegosiasi, dan mengklarifikasi berbagai masalah dalam menyelesaikan tugas – tugas kelompok.

8.      Tindak Lanjut ( Follow Up )
             Setelah masing – masing kelompok belajar menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, selanjutnya dianalisis bagaimana penampilan hasil kerja siswa dalam kelompoknya. Guru juga harus memberikan evaluasi dan berbagai masukan terhadap hasil pekerjaan siswa dan aktivitas mereka selama kelompok belajar tersebut bekerja.



9.      Kepuasan dalam Belajar
             Setiap siswa  dan kelompok harus memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dalam mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilannya. Apabila siswa tidak memperoleh waktu yang cukup dalam belajar, maka keuntungan akademis dari penggunaanpembelajaran kooperatif akan sangat terbatas.(Etin Solihatin, Raharjo ; 2007 :7 – 9 )

D.  Perbedaan belajar Kelompok dengan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Anita Lie dalam bukunya “ Cooperative Learning ”, bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur – unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal – asalan. Karena biasanya pengelompokan itu di dasarkan pada ( Roestiyah, Yumiati ;1985 :15-16 ) :
a) Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya
b) Kemampuan belajar siswa
c) Minat khusus
d) Memperbesar partisipasi siswa
e) Pembagian tugas atau pekerjaan
f)  Kerjasama yang efektif

              Roger dan david Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok belum dianggap pembelajaran kooperatif karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai konsep yang lebih menekankan pada saling ketergantungan positif, Tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, serta evaluasi proses kelompok ( M. faiq dzaki ; 2009 .Blogspot).






Atau untuk lebih jelasnya, perbedaan antara belajar kelompok dengan pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Belajar Kooperatif
Belajar kelompok
Memiliki beragam model dan teknik
Hanya memiliki satu model, yaitu beberapa siswa tergabung dalam satu kelompok
Memiliki struktur, jumlah, dan teknik tertentu
Memiliki satu cara,yaitu menyelesaikan tugas tertentu bersama – sama
Mengaktifkan semua anggota kelompok untuk berperan serta dalam penyelesaian tugas tertentu
Menimbulkan gejala ketergantungan antar anggota kelompok
Menggalang potensi sosialisasi di antara anggotanya
Sangat tergantung dari niat baik setiap anggota kelompok
                                                             (Sri Anitah;2007 : 3.9 )

E.     Tujuan, Manfaat, serta Keterbatasan  Pembelajaran Kooperatif
a)   Tujuan Pembelajaran Kooperatif
       Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerangkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya ( M. faiq dzaki ; 2009. Blogspot ).
       Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak – tidaknya tiga tujuan pembelajaran), yaitu ( M. faiq dzaki ; 2009. Blogspot ) :
1.      Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas – tugas akademis penting lainnya. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar, di samping itu juga memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerjasama menyelesaikan tugas – tugas akademik.
2.      Penerimaan terhadap perbedaan individu ( keragaman )
           Diharapkan dengan pembelajaran kooperatif ini terdapat penerimaan secara luas dari orang – orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas – tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3.      Pengembangan keterampilan sosial
           Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan – keterampilan sosial penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

b)        Manfaat Pembelajaran Kooperatif
1)      Meningkatkan hasil belajar siswa
2)      Meningkatkan hubungan antar kelompok, belajar kooperatif memberi kesempatan kepada setiapsiswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim untuk mencerna materi pelajaran.
3)      Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar, belajar kooperatif dapat membina sifat kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang rasa, serta mempunyai rasa andil terhadap keberhasilan lain.
4)      Menumbuhkan realisasi kebutuhan siswa untuk belajar berfikir, belajar kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar seperti pemahaman yang rumit, pelaksanaan kajian proyek, dan latihan pemecahan masalah.
5)      Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan
6)      Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas
7)      Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya( Sri Anitah ; 2007: 3.10 )

c)         Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif
1)      Memerlukan waktu yang cukup bagi setiap siswa untuk bekerjasama dalam tim
2)      Memerlukan latihan agar siswa bisa terbiasa dalam tim
3)      Model belajat kooperatif yang diterapkan harus sesuai dengan pembahasan materi ajar, materi ajar harus dipilih sebaik – baiknya agar sesuai dengan misi belajar kooperatif.
4)      Memerlukan format penilaian belajar yang berbeda
8)      Memerlukan kemampuan khusus bagi guru untuk mengkaji berbagai teknik pelaksanaan belajar kooperatif. ( Sri Anitah: 3.10)


F.   HUBUNGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA
Seperti yang telah kita ketahui bahwa model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif talah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Dalam pembelajaran kooperatif, tidak hanya mengajarkan meteri – materi pelajaran, tapi kepribadian siswa juga ikut di olah dalam pembelajaran ini. \karena pada dasarnya kepribadian adalah organisasi dinamis dari system psiko-fisik dalam individu yang turu menentukan cara – cara yang khas dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (Gerungan ; 2004 :58 ).
Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Dimana keterampilan ini sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Pada dunia kerja pun, sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung antara satu dengan lainnya serta secara budaya masyarakat semakin beragam.
Model pembelajarn kooperatif menekakan hubungan sosial yang berkembang dalam proses interaksi sosial di antara individu. Model yang berorientasi pada interaksi sosi adalah dimaksudkan sebagai upaya memperbaiki masyarakat dengan memperbaiki hubungan hubungan interpersonal melalui prosedur demokratis,yaitu demokrasi pancasila yang menekankan pada musyawarah untuk mencapai mufakat (Abdul Aziz Wahab ;2007:59 )
Sementara itu, banyak masyarakat yang masih kurang dalam keterampilan sosialnya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pertikaian kecil antar anggota masyarakat yang dapat mengakibatkan kekerasan bahkan pembunuhan. Atau seringnya orang menyatakan ketidakpuasan pada saat diminta untuk berada dalam situasi kooperatif.
 Dalam pembelajaran kooperatif, juga terdapat kerjasama saling menguntungkan antara siswa kelompok bawah dengan siswa kelompok atas. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, sehingga siswa kelompok bawah memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses ini, siswa kelompok atas juga diuntungkan karena akan dapat meningkatkan kemampuan akademiknya dengan memberi pelayanan sebagai tutor yang membutuhkan pemikiran lebih dalam tentang hubungan ide – ide yang terdapat dalam materi tertentu.
Dengan berdiskusi dengan teman sebayanya suasana kehidupan di kelas akan terasa sebagai suatu kehidupan yang nyata. Murid tidak hanya menjadi pendengar atau yang ditanyai saja. Seperti dalam kehiupan sehari – hari dalam masyarakat, murid akan merasakan kebebasan untuk mengemukakan pendapat, untuk menyatujuinya atau untuk menolaknya (jusuf Djajadisastra ; 1985 : 36 )
Selain itu juga terdapat keterampilan – keterampilan kooperatif yang berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja, dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.
       Keterampilan keterampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut ( M. faiq dzaki ; 2009. Blogspot ):
1.      Keterampilan kooperatif tingkat awal
-        Menggunakan kesempatan
-        Menghargai kontribusi
-        Mengambil giliran dan berbagi tugas
-        Barada dalam kelompok
-        Berada dalam tugas
-        Mendorong partisipasi
-        Mengundang orang lain untuk berbicara
-        Menyelesaikan tugas pada waktunya
-        Menghormati perbedaan individu

2.    Keterampilan kooperatif tingkat menengah
-        Menunjukkan penghargaan dan simpati
-        Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima
-        Mendengarkan dengan aktif
-        Bertanya
-        Membuat ringkasan
-        Menafsirkan
-        Mengatur dan mengorganisir
-        Menerima tanggungjawab
-        Mengurangi ketegangan
3.    Keterampilan kooperatif tingkat mahir
-        Mengelaborasi
-        Memeriksa dengan cermat
-        Menanyakan kebenaran
-        Menetapkan tujuan
-        Berkompromi
     Dari uraian di atas kita dapat mengetahui keterampilan – keterampilan social yang dapat diperoleh siswa melalui pembelajaran kooperatif, yang tentu saja sangat jarang didapatkan melalui pembelajaran biasa. Hal itu juga dapat menjadi bekal bagi siswa dalam kehidupannya di masyarakat.

G.    IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
     Proses belajar yang menempatkan guru sebagai satu satunya sumber ilmu pengetahuan masih banyak kita jumpai. Dengan cara ini seolah siswa sebagai botol kosong yang siap diisi ilmu pengetahuan oleh sang guru apapun atau bagaimanapun kondisinya. Hasil yang dicapai melalui proses ini menjadikan siswa kurang kreatif dan kurang bisa mengembangkan diri serta sukar untuk mengaplikasikan apa yang telah diperolehnya dalam kehidupan sehari – hari. Belajar juga menjadi kurang berakna karena jauh dari apa yang dihadapi siswa setiap hari.
     Proses pembelajaran yang baik hendaknya menempatkan siswa sebagai pencari ilmu sehingga perlu dibiasakan memecahkan dan merumuskan sendiri hasilnya. Intervensi dari orang lain diberikan dalan rangka memotivasi mereka. Perumusan atau konseptualisasi juga dilakukan oleh siswa sendiri. Posisi guru dalam proses pembelajaran bukan sebagai informator akan tetapi sebagai organisator program pembelajaran, sebagai fasilitator bagi pembelajaran siswa dan sebagai evaluator tetapi cenderung kearah horizontal.
     Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar. Tiap – tiap kelompok terdiri dari anak yang berbeda – beda kemampuan berfikirnya. Dalam kelompok mereka dapat melatih, dan mengembangkan keterampilan – keterampilan yang spesifik yang diperlukan dalam pembelajaran.
Berikut ini merulakan langkah – langkah dalam pembelajaran kooperatif secara umum  ( Eti Solihati, raharjo ; 2007 :10 -12 ) :
1.      Merancang program pembelajaran. Pada langkah ini guru mempertimbangkan dan menetapkan target yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Selain itu, guru pun menetapkan sikap dan keterampilan sosial yang diharapkan dikembangkan dan diperlihatkan oleh siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Untuk memulai pembelajaran, guru harus menjelaskan tujuan dan sikap serta keterampilan sosial yang ingin dicapai dan diperlihatkan oleh siswa selama pembelajaran. Hal ini mutlak harus dilakukan oleh dosen, karena dengan demikian siswa tahu dan memahami apa yang harus dilakukannya selam proses belajar mengajar berlangsung.
2.      Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar bersama dalam kelompok – kelompok kecil. Dalam menyampaikan materi, guru tidak lagi menyampaikan materi secara panjang lebar karena pemahaman dan pendalaman materi tersebut nantinya akan dilakukan siswa ketika belajar bersama dalam kelompok. Selanjutnya guru menggali pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi pelajaran berdasarkan apa yang telah dibelajarkan. Guru membimbing siswa untuk membuat kelompok, dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan oleh siswa dalam kelompoknya masing – masing. Pada saat siswa belajar secara kelompok, maka guru mulai melakukan monitoring dan mengobservasi kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya.
3.      Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun kelompok, baik dala memahami materi maupun menganai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan berlangsung. Pemberian pujian dan kritik yang membangun merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh guru pada saat siswa bekerja dalam kelompoknya.
4.      Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing – masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Guru bertindak sebagai moderator, untuk mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah ditampilkan. Setelah itu guru mengajak siswa melakukan refleksi diri terhadap proses jalannya pembelajaran, dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan yang ada atau sikap serta perilaku menyimpang yang dilakukan selama pelajaran.

Mengingat begitu banyaknya keterampilan sosial yang didapat melalui pembelajaran kooperatif, dewasa ini model pembelajaran ini mulai diterapkan pada siswa, bahkan beberapa pakar telah melakukan penelitian serta pengembangan tentang model pembelajaran ini.Misalnya penelitian yang dilakukan Stahl ( 1992 ) dalam penelitiannya di beberapa sekolah dasar di Amerika menemukan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif mendorong tumbuhnya sikap kesetiakawanan dan keterbukaan di antara siswa. Penelitian ini juga menemukan bahwa model tersebut mendorong ketercapaian tujuan dan nilai – nilai social dalam pendidikan social studies.
       Penelitian lain dilakukan oleh Dra. Hj.Etin Solihatin,M.Pd.,dkk ( 2001 ) yang dilakukan pada mahasiswa penyetaraan D-3 tahap II untuk mata kuliah Pendidikan IPS di Universitas Negeri Jakarta, menemukan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif sangat mendorong peningkatan prestasi mahasiswa 20 % dan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk belajar mandiri.
       Mengkaji penelitian terdahulu, penerapan model pembelajaran kooperatif menunjukkan efektivitas yang sangat tinggi bagi perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap penguasaan materi pelajaran maupun dari pengembangan dan pelatihan sikap serta keterampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupannya di masyarakat.





BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Pembelajaran di sekolah bukan hanya sekedar transfer materi pelajaran dari seorang guru kepada siswa, tapi lebih dari itu, pembelajaran menyangkut sikap dan keterampilan siswa.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang di dalamnya memuat aspek – aspek yang dibutuhkan dari siswa yaitu kognitif, afektif, maupun psikomotor. Dimana dalam model pembelajaran ini siswa memperoleh keterampilan – keterampilan social yang sangat jarang diperoleh melalui pembelajaran biasa.
Meskipun banyak sekali manfaat dari pembelajaran kooperatif , namun belum banyak yang menerapkan model pembelajaran ini dalam proses pendidikan. Padahal masyarakat Indonesia dikenal sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

B.  Saran
Para pendidik seharusnya tidak menitik beratkan pada aspek kognitif saja dalam mengajar, kebutuhan peserta didik juga harus diperhitungkan. Generasi masa depan yang berkualitas bukan hanya generasi yang pintar dalam hal akademis, tapi juga bermoral serta memiliki keterampilan – keterampilan sosial yang baik.
Penggunaan model pembelajaran ini dirasa merupakan salah satu alternatif untuk memperbaiki sistem pengajaran yang ada. Dan siswa lebih termotivasi dalam belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar